Thursday, April 26, 2012

Wisata baru di Jombang "Boro Rafting" di Wonosalam

Begitu dibuka, wisata olahraga arung jeram di Sungai Boro menarik perhatian pejabat Pemkab. Wakil Bupati Widjono Soeparno didampingi Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Ir. Syamto, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Drs.Suyoto,MM dan beberapa pejabat menjajal ganasnya arus sungai di pedalaman hutan Wonosalam itu.

Lokasi atau venue rafting terletak di Dusun Mendiro Wonosalam. Untuk sampai di lokasi ini, bisa ditempuh kurang lebih 40 menit lewat Mojoagung-Mojoduwur-Wonosalam atau lewat Trowulan-Jabung-Wonosalam. Jika ingin lebih cepat, kendaraan roda 2 bisa jadi pilihan alternative mengingat jalan di Wonosalam menanjak dan curam.Di antara Hutan Tropis Wonosalam yang masih hijau dan alami, Wonosalam Rafting hadir memberikan sensasi wisata arung jeram yang penuh tantangan. Apalagi, arus Sungai Boro sangat menjanjikan untuk membuat jantung berdetak kencang.


Saat pertama menjajal wahan ini, Wabup Widjono begitu antusias. Setelah mendengarkan arahan dari pemandu dan perlengkapan dirasa sudah lengkap dan siap, dayung segera diayun. Begitu meluncur, batu kali besar menghadang perahu karet, namun dapat dilewati dengan mudah berkat arahan instruktur.

Jalur rafting Sungai Boro ini berujung di dekat Goa Si Golo-golo yang merupakan salah satu wisata andalan Wonosalam. Jadi, puas berbasah-basah dengan air sungai. Wisatawan dapat langsung menikmati keindahan Goa Si Golo-golo dengan menapaki jalan yang menanjak sekitar beberapa meter.

Ditanya mengenai harga tarif rafting, salah satu panitia menyebut akan mematok harga 175 ribu per orang. “Karena operatornya memang sudah terkenal professional, kita pake teman-teman dari Songa Adventure,” katanya. Songa adalah operator rafting yang telah mengawal beberapa wahana arung jeram, salah satunya di Probolinggo. 



Jadi, tertarik untuk menjajal? Datang saja ke Wonosalam

Sumber :
Tim Liputan (Radio Suara Jombang AM/SJAM)

Thursday, November 17, 2011

Candi Rimbi yang Eksotis sebelum ke wonosalam rafting

BAGI peminat sejarah, sedikit banyak pasti mengenal salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit ini, Candi Arimbi. Sementara bagi saya, setidaknya pada Oktober 1989, ketika saya baru menginjak kelas VI SD, pernah mengunjunginya sebagai satu rangkaian kegiatan kepramukaan ketika itu. Tempat ini dipilih karena secara geografis lebih dekat dengan kampung halaman dimana SD saya berada. Disamping itu, ketika itu lagi demam sandiwara radio “Tutur Tinular” dan “Mahkota Mayangkara”, sebuah cerita rakyat yang bersumber dari sejarah Majapahit. Latar dari cerita itu salah satunya adalah Candi Arimbi dan tentu saja Gunung Anjasmara, yang menjadi tempat tumpah darah saya.

Hal-hal itulah yang membuat saya terusik dan tertarik untuk membaca buku-buku sejarah yang mengulas tentang Candi Arimbi dan seputar Kerajaan Majapahit. Dan ternyata setelah saya bandingkan ketika itu, isi atau cerita dalam sandiwara radio dan buku-buku hampir tak jauh berbeda.

Maka, dalam kesempatan ini saya kembali “terusik dan tertarik” untuk menuliskannya apa-apa yang saya ingat dari cerita dan buku-buku itu. Kebetulan juga beberapa hari yang lalu saya sempat berkunjung ke tempat ini. Kunjungan itu saya lakukan setelah beberapa hari sebelumnya, ketika membongkar lemari buku, saya menemukan buku saku kegiatan waktu SD yang sempat mencatat kegiatan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah tertanggal 19 Oktober 1989.

Candi Arimbi ini adalah salah satu di antara sekian banyak peninggalan Majapahit namun letaknya sangat terpencil dari semua peninggalan Majapahit lainnya. Peninggalan Kerajaan Majapahit kebanyakan terdapat di daerah Majokerto. Di sekitar Candi Arimbi ini ditanami dengan aneka bunga dan dikelilingi pohon-pohon cengkeh.

Dilihat dari motif atau corak arsitekturnya, Candi Arimbi mempunyai latar belakang agama Hindu, dimana di candi ini dulu terdapat Arca Purwati sebagai istri Dewa Siwa yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Sementara di pelataran atau halaman candi terdapat arca-arca yang berciri khas Hindu.

Nama lain dari Candi Arimbi adalah Caungkup Pulo. Sedangkan nama Arimbi dihubungkan dengan nama tokoh dalam pewayangan, yaitu Dewi Arimbi sebagai isteri dari Raden Werkudoro. Candi ini mempunyai ruangan pusat, tempat Arca Purwati dan arcanya sekarang di Museum Nasional Jakarta, yang melukiskan Tribuwana Wijaya Tungga Dewi, Raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1328–1350 M. Masa pembangunan Candi Arimbi pada abad XIV M pada jaman Majapahit.

Secara administratif letak situs Candi Arimbi berada di Desa Pulosari Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang, secara arsitektural bangunan Candi Arimbi berdiri di atas alas dengan tinggi dan tangga masuk berada di sebelah barat, bahan terbuat dari batu andesit sedangkan pondasinya dari bata, arah hadapnya ke barat. Situs Candi Arimbi sekarang memiliki luas 896.56 m2.

Candi ini terletak di sebelah tenggara Kota Jombang atau sekitar 24 km dari Kota Jombang. Dari Mojoagung atau jalan provinsi yang menghubungan Surabaya-Jombang, candi ini terletak di sebelah selatan dengan jarak tempuh ± 17 km menuju kawasan pegunungan Wonosalam. Tinggi candi ± 10 m, lebar ± 6 m dan panjangnya ± 8 m. Setelah wafatnya Dewi Arimbi, konon jasadnya disemayamkan di Candi Arimbi ini. Sejak saat itu pula lambat laun wilayah di sekitar candi ini dikenal sebagai Dusun Ngrimbi.

Namun sayangnya, candi ini belum pernah dipugar atau mendapatkan perawatan selayaknya sehingga tak tampak lagi kemegahannya. Beberapa bagian candi setinggi sekitar delapan meter mulai terlihat pecah-pecah dan bagian puncak dan tengah keropos. Di musim hujan seperti saat ini, lumut hijau juga semakin subur tumbuh menutupi permukaannya. Hal ini seharusnya tak perlu terjadi jika ada ”sentuhan serius” dari pihak berwenang dan yang diberi tanggungjawab.

Untuk mencapai obyek wisata sejarah ini, dapat menggunakan berbagai macam alat transportasi. Ada angkutan umum dari Mojoagung menuju Wonosalam yang dapat ditempuh sekitar 30 menit. Lokasi candi persis di tepi jalan raya Mojoagung-Wonosalam. Namun, akan lebih enjoy jika perjalanan memakai kendaraan pribadi (mobil atau motor) sebab setelah kunjungan ke kawasan ini, kita bisa melanjutkan perjalanan sepuasnya untuk menikmati panorama lain di kawasan Pegunungan Anjasmara Wonosalam, apalagi di bulan ini (Desember) kawasan Wonosalam sedang musim durian, kita bisa berburu aneka jenis durian sepuas mungkin. Dengan mengunjungi situs ini dan kawasan sekitarnya, selain akan menambah pegetahuan sejarah dan kebudayaan kita, setidaknya kita juga telah membantu perekonomian para petani-petani kecil dengan memborong produk-produknya seperti durian lokal ini (Informasi tentang Durian Wonosalam silahkan klik di sini). Daripada uang kita (Anda) yang berlimpah terhambur untuk melancong ke luar negeri dan atau membeli produk-produk impor, alangkah bijaknya kalau Anda kucurkan keberlimpahan uang Anda itu untuk petani dalam negeri, apalagi kondisi sedang krisis seperti saat ini. Ada yang tertarik?



Sumber :
http://pencangkul.blogspot.com/2008/12/candi-arimbi-sang-dewi-yang.html

Air Terjun Tretes
Obyek wisata Air Terjun Tretes terletak di Dusun Tretes, Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam +/- 40 Km dari pusat kota Jombang arah Tenggara.
Goa Sigolo-golo
Goa alam yang indah ini terletak di dusun Kranten, Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam berjarak +/- 30 Km dari Air Terjun Tretes.
Wisata air Sumberboto
Wisata air Sumberboto di Kecamatan Mojowarno merupakan bentuk Wana Wisata binaan dari Perhutani yang banyak dikunjungi para remaja setiap bulannya. Suasana dingin dan asri penuh dengan pepohonan.
Gelanggang Wisata Air
Selain Wisata air Sumberboto, terdapat pula gelanggang wisata air, kolam pancing dan lapangan tenis yang terletak strategis +/- 2 Km arah timur pusat kota Jombang yang dikenal dengan "Tirta Wisata Keplaksari"
Kedung Cinet
Kedung Cinet terletak 10 km dari jembatan Brantas Ploso, tepatnya di desa Pojok Klitih , lokasinya di tengah hutanbelantar. Selama perjalanan pengunjung dimanjakan dengan pemandangan yang indah. Dan menyusuri sungai brantas sampai melintasi jembatan “ goyang “ yang mengasyikkan jika tertiup angina, sebelum akhirnya tiba di kedung cinet yang indah
Sumber Penganten
Sumber ini terletak sekitar 1 kilometer dari arah pusat Kecamatan Jogoroto. Lokasi Sumber Penganten sangat jauh dari keramaian, tapi tidak terpencil, mudah dijangkau kendaraan apapun. Mempunyai hamparan parker yang luas dan tentu saja aman
Goa Sriti
Goa Sriti terletak di Kecamatan Wonosalam , Kabupaten Jombang. Untuk mencapai Goa ini pengunjung harus melalui jalan setapak yang sangat panjang berliku, tetapi goa sriti rel;atif mudah karena pengunjung harus berjalan kebawah dengan jalan yang dilalui tidak begitu panjang dengan pemandangan kawaan hutan yang hijau alami dan sesekali melewati pematang sawah penduduk yang banyak ditumbuhi pohon jati maupun pisang.
Sendang Made
Sendang Made terletak di Desa Made, Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang.  Selain Sendang Made disekitarnya terdapat sendang-sendang lain yang lebih kecil, Diantaranya Sendang Payung, Sendang Padusan, Sendang Drajat, Sendang Sinden dan Sendang Omben. Ukuran Sendang Made 8 m X 11 m dan masih terlihat terawatt keberadaannya . Untuk menuju  ke Sendang Made bisa dilalui dengan berbagai kendaraan.

Sumber :
http://www.jombangkab.go.id/e-gov/wisata/wisata.asp

Monday, November 14, 2011

Akhirnya....di Jombang punya Wonosalam Rafting

Setelah sekian lama peminat rafting atau olahraga arung jeram kota santri harus ke Kasembon Malang jika ingin menyalurkan hobinya, kini tak perlu jauh- juah lagi. Sungai Boro yang terletak di Dusun Mandiro Wonosalam Selasa (8/10/11) kemarin diresmikan.

Dalam kesempatan tersebut hadir Dirjen Rehabilitasi Lahan Perhutanan Sosial, Ir.Jajak Djatmiko, MM didampingi Wabup Widjono. Jajak menyabut positif pembukaan lokasi rafting yang pertama di Jombang ini, karena lokasinya yang terletak di hutan Wonosalam. “Semoga dengan adanya wisata ini, masyarakat makin cinta alam dan enggan merusaknya,” tegas Jajak.

Jalur yang ditempuh oleh penghobi olahraga ekstrim ini untuk sampai ke lokasi sungai Boro harus menyusuri hutan yang masih asri dan memakan waktu sekitar 30 menit jika berjalan santai. Pemandangan hutan yang terlihat masih alami dan jauh dari penebangan liar mewarnai kanan kiri jalan.

Wabup Widjono menyempatkan diri untuk menjajal langsung olahraga ini. Setelah menempuh perjalanan lumayan panjang, akhirnya tiba juga di start venue rafting. Sungai Boro merupakan sungai yang memiliki banyak batu kali, tentunya dengan ukuran yang super besar. Arus sungai yang lumayan deras cukup memacu adrenalin bagi yang mau menjajal.

“Wisata air ini lumayan mendebarkan tapi cukup seru, semoga bias menarik banyak wisatawan,” tegas Wabup. Setelah puas menjajal derasnya sungai Boro, rombongan langsung mencicipi aneka khas makanan Wonosalam.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More